Banci jalanan

Selalu muncul banyak pendapat secara mendadak dalam pikiran saya tiap kali saya berhenti di perempatan lampu merah di bawah jalan layang.
Satu mahluk –entah harus disebut bagaimana- yang pasti nongol dan nggak pernah absen, selalu bawa tas jinjing yang diapit di ketiak, kecrekan tutup botol, baju mini yang itu-itu aja, rambut pendek blonde, bibir merah tua, sandal jepit, dan lengan-betis kekar nan hitam legam.

Pagi-siang-sore pasti ada disitu.

Setelah cape muter-muter ngumpulin recehan, dia duduk di sela-sela tanaman di bawah jembatan layang. Dan woooow..duduknyaaaa…buseeeet deh.. itu pake rok mini, tapi duduknya ‘kemana-mana’. Yaa ampunn.. tetep santai duduk ‘lebar’ sambil nebelin bedak ato pake lipstick. Sempet beberapa kali liat dia duduk sambil ngobrol sama ibu-ibu sesama pencari uang dijalan, yang selalu bawa anak bayinya buat minta recehan di lampu merah. Sama, ibu-ibu itu selalu ada di lokasi yang sama dengan tempat mangkalnya si itu mahluk no woman no man a.k.a banci.

Ok. Satu hal yang bikin saya bertanya-tanya, “sampe kapan dia akan begini?”.
Keliatan banget dari raut mukanya, dia cape untuk begini. Dia muak dengan keadaan dia saat ini. Maaf, bukannya saya seneng merhatiin banci lho ya, tapi karena jalanan itu adalah jalan tempur saya sehari-hari buat menuju kampus.

Yak. Lanjut.
Sampe kapan dia terus kaya gitu? Bener-bener nggak terawat. Nggak sebanding juga dengan apa yang sudah dia lakukan untuk dapet krincing recehan dari belas kasiannya orang-orang.
Dia udah cukup tua. Badannya kurus. Item legam. Tapi otot tangan dan betisnya lumayan.
Apa iya nggak ada keluarga yang bisa narik dia dari sana?
Apa nggak ada keinginan untuk berhenti dan kemudian usaha buat cari makan dengan cara yang lebih baik?
Apa iya masih betah jadi seperti itu?
Apa nggak pengen rehat?
Sampe kapan terus kaya gitu?
Tuhan.. bener-bener nggak tega. Tapi mungkin itu cara hidupnya dia. Cara hidup yang sudah dinikmati dia, walaupun miris untuk diliat.
Kadang muncul niat untuk bisa sharing dengan mereka. Sekedar ngobrol-ngobrol dan berbagi, bukan untuk mengorek latar belakang dan mau ikut campur urusan mereka. Tapi kok yaa rasanya nggak ada keberanian, takut malah salah langkah dan nggak bisa berbuat apa-apa.

'no woman no man' di bawah jembatan layang pasupati,
"Entah kenapa saya punya simpati yang besar terhadap hidup kamu.
Orang-orang seperti kamu yang membuat saya dan banyak orang lainnya mengerti tentang seberapa berharganya tiap hal kecil yang kami punya.
Orang-orang seperti kamu yang membuat ‘mereka’ jadi orang-orang besar dan punya banyak hal untuk dibanggakan.
Kamu dan sekitarmu, inspirasi hidup yang nggak akan pernah mati.
Minyak yang membakar api kehidupan orang-orang disekitarmu, yang sama sekali nggak peduli akan kamu, dan bahkan melecehkan kamu.
KAMU GURU SEJATI DARI HIDUP SEHARI-HARI.
PEMBELAJAR TANGGUH DI INSTITUT KEHIDUPAN
Yang bahkan tanpa congkak dan banyak tuntutan,
KAMU SEBENARNYA HEBAT!"

*banci jalanan*

No comments:

Post a Comment

Hello there, question/comment/suggestion/feedback are welcomed. Please feel free to get in touch with me through my instagram/twitter/email account ;)

My Blog List