ARRRRGGGHH!

Rasanya pengen banget ungkapin sesuatu supaya nggak ngeganjel terus di dalem ‘sini’. Tapi sumpah, nggak tau apa yang mesti di ungkapin, bagaimana, dan kenapa.
Karena apa yang pernah terjadi nggak ikut ambles sama aliran deras air waktu hujan, karena apa yang sedang terjadi sekarang nggak seempuk sofa hotel, dan hari besok terus-terusan dibayangi sama hal-hal yang seharusnya nggak lagi menjadi pikiran.
Nggak rela, nggak mau, nggak tahan, nggak bisa (baca: nggak mau bisa), dan nggak-nggak yang lainnya.
There’s something big in my deepest, but I don’t even know what the thing is.

saya rindu saya yang dulu. (hehe. hmmm.)
yang bisa lari-lari sana-sini, yang sama sekali nggak terkekang keadaan, yang bisa teriakin apapun, yang nggak takut dengan diri saya sendiri, yang nggak bermanis-manis dan sok bersahabat dengan segala keadaan

galau amat ya ini tulisan? (doh)
Nggak sih. Pada intinya saya Cuma ingin sampein suatu hal,
yang paling penting adalah nikmati keadaan kita dan nikmati menjadi diri kita.
Ciptakan suasana ternyaman untuk diri kita dan orang lain, karena efeknya bakal kerasa beberapa waktu ke depan, supaya tenang dan keganggu di lain waktu.
Dan salahnya, saya nggak menciptakan Susana nyaman itu beberapa waktu lalu. Efeknya ya begini, nggak tenang dan galau nggak jelas (baca: jangan seperti saya).

3 kata yang PENGEN BANGET saya sampaikan saat ini,
Jangan!
Tetap begitu!
Maaf.
Sudah sekitar 3 sampai 4 minggu ini dia nggak lagi nongol di bawah jembatan pasupati. Setiap lewat jalan itu, pasti terlintas pertanyaan, “kemana sih dia?” ibu-bu pengemis dan anaknya, bapak-bapak pengemis tua yang selalu duduk diem di trotoar pinggir jalan, dan doger monyet yang selalu mangkal disitu, semua masih normal-normal aja dan masih setia di bawah jembatan pasupati, tapi kemana perginya si mbak banci itu?
Apa dia kena penertiban satpol pp pas lagi mangkal?
Apa dia sakit?
Ato dia cari tempat lain untuk cari duit?

Rasanya pengen sesekali nanya ke ‘warga’ jembatan pasupati itu, kemana perginya si mbak-mbak banci.
Tapi kok ya rasanya nggak pantes, takut dikira macem-macem.
Kalo sekarang dia berada di tempat yang lebih layak, di tempat pembinaan misalnya, syukur deh. Mudah-mudahan dia bisa melek dan balik ke bagaimana seharusnya dia. Semoga suatu saat dia bisa jadi seseorang yang disukai sama orang-orang sekitarnya, bisa ketemu lagi sama keluarganya, mulai kehidupan baru dengan segala sesuatu yang lebih baik di sisa umurnya.
Untuk jutaan kemungkinan lainnya, yaa..semoga Allah selalu melindungi dia, dalam tiap apapun yang dikerjakan sama dia. Dia sudah cukup tua (itu yang terlihat, entah efek lelah atau memang faktor umur), kasian kalo terus-terusan hidup begitu di jalanan.

Mbak-mbak banci,
Nggak tau kenapa saya begitu peduli sama kehidupan kamu,
Tapi karena kamu ada di pemandangan hidup saya sehari-hari, saya jadi lebih peduli sama keadaan lingkungan sekitar saya, keadaan yang jarang tersentuh, yang hanya dianggap sebagai sampah kota,
Kamu benilai jauh lebih baik dibanding sekedar itu.
Entah dimana kamu sekarang,
Semoga kamu baik-baik, ya.
..

Banci Jalanan II

by on February 23, 2010
Sudah sekitar 3 sampai 4 minggu ini dia nggak lagi nongol di bawah jembatan pasupati. Setiap lewat jalan itu, pasti terlintas pertanyaan, “k...
Saya nggak tau apa yang sedang terjadi.
Rasanya nggak lagi punya kuasa untuk bendung emosi.
Semua hal berpotensi untuk membuat drop mood saya dan bikin saya ‘meledak’ seketika.
Sebenernya kenapa sih?

Mulai dateng banyak hal yang saya nggak bisa cerna dengan baik. Satu-satu dateng tanpa permisi dan bikin saya kelimpungan sendiri. Hal yang nggak pernah bisa saya ungkapkan. Sekarang, hanya bisa merintih dalam tulisan.

Bandung, februari 2010

saya sudah berbohong terlalu jauh. Bohong sama diri saya sendiri. Harusnya saya ikuti apa maunya hati saya.
Saya terseret dalam sesuatu yang bukan ‘saya’. Saya menikmati, tapi juga sering menangis.
Harusnya nggak seperti ini. Saya seolah-olah terjebak dan nggak punya kemampuan untuk lepas dan keluar, bahkan untuk teriak dan membiarkan orang lain mendengar rintihan saya, saya nggak mampu.
Serasa di siksa berulang-ulang tiap kali hal itu mampir di pikiran saya.
Nggak tau apa, tapi semua itu rasanya membekap saya dan nggak membiarkan saya untuk mengambil nafas. Semuanya berubah jadi benang ruwet di pikiran saya. SAYA JENGAH !

Lari dari masalah nggak pernah jadi solusi baik dalam tiap masalah.
Saya pengen sendiri.
Pergi jauh dari semua orang.
Menikmati diri saya, dan nggak membiarkan orang lain untuk ganggu waktu saya,
dengan teriakan, panggilan, ato apapun itu.

… apa? Apa lagi?

maaf,
saya hanya bisa gila dan menjadi saya apa adanya dalam tulisan

Sorry, curhat

by on February 07, 2010
Saya nggak tau apa yang sedang terjadi. Rasanya nggak lagi punya kuasa untuk bendung emosi. Semua hal berpotensi untuk membuat drop mood s...

My Blog List