Vi, masih nulis?
Masih.
Nulis apa?
Apa aja yang kepikiran.
Nggak diseriusin?
Maunya, tapi selama masih kerja, agak sulit bagi fokus.
Dicoba, ya.
Iya.

Vi, jadi beli kamera (lagi)?
Jadi.
Buat apa?
Jalan-jalan.
Nggak diseriusin?
Maunya, tapi selama masih kerja, agak sulit bagi fokus.
Dicoba, ya.
Iya.

Vi, jadi beli laptop dewa?
Jadi.
Buat apa?
Belajar ngedit.
Nggak diseriusin?
Maunya, tapi selama masih kerja, agak sulit bagi fokus.
Dicoba, ya.
Iya.

Vi, maunya apa?
Tuh.
Nih.
Ga jadi.
Kenapa?
Kelewat tau banyak.
Dicoba, ya.
Nggak.

Vi, mendingan main The Sims aja.
Kenapa?
Ben ora edan.
Okesip.

Ben Ora Edan

by on November 19, 2017
Vi, masih nulis? Masih. Nulis apa? Apa aja yang kepikiran. Nggak diseriusin? Maunya, tapi selama masih kerja, agak sulit bagi fo...
Tulisan akhir-akhir ini terasa kurang sehat, ya.
Kebanyakan bumbu “rempah”; barangkali karena saya hobi makan makanan berbumbu rempah.

Anyway, 2 hari ini saya habiskan penuh di atas kasur.
Main The Sims,  nonton film, (berusaha) ngeblog, tinggal kurang baca buku.
Weekend minggu ini adalah weekend yang ditunggu-tunggu, actually.
Saya merasa butuh me-time setelah sekian weekend dilewatkan bareng orang lain.

Namanya juga namanya,
sendirian, nganggur, dan MENDUNG itu bikin semua hal jadi tiba-tiba kepikiran.

Obrak-abrik folder tulisan dan baca ulang beberapa draft pendek yang sempat ditulis tapi nggak (pernah) selesai. Entah karena merasa sudah nggak lagi menarik, mentok, males, atau barangkali takdirnya memang cukup sampai disitu.

14 Nopember 2017
Draft Pendahuluan Quite Another Matter yang diputuskan untuk tidak published, tapi yasudahlah mari published
Saya bisa dengan mudah kenal dengan siapapun, nggak canggung memulai obrolan, dan cukup bisa masuk ke jenis obrolan apapun.
Tapi saya bukan orang yang mudah punya teman dekat.
Saya kenal cukup banyak orang, punya nggak begitu banyak teman, dan sangat sedikit teman dekat.

Dalam beberapa tahun terakhir, yang paling jujur adalah, saya malas memulai pertemanan dengan orang baru, dan saya malas berada dalam circle yang berisi orang-orang baru, apalagi mesti terlibat di dalamnya.
Entah saya yang makin aneh, orang-orang yang makin aneh, atau keduanya.
Banyak orang baik, tapi nggak banyak orang tulus.
Barangkali ini alasan kenapa saya betahnya sama orang yang itu-itu aja.

Berada dalam circle, meski dengan yang itu-itu aja, berarti sangat besar buat saya.
Entah cuma saya, atau semua orang pernah ngerasain hal yang sama;
barangkali tanpa sadar, kita menitipkan sejumlah tertentu energi di beberapa hal dalam hidup.
Dan barangkali yang sering terjadi adalah, kita menitipkan terlalu banyak energi pada satu hal.

5 Nopember 2017
But a girl gotta do what a girl gotta do, so here I am.
But it’s stupid to live only for the opinions of others, you know?

“Jangan mempermainkan harapan orang lain, karena Tuhan pun tidak melakukan itu pada manusia.”
So if you think I play, here I show you the exit door I used to say.

2 Oktober 2017
At the end of September
1 bulan belom nulis diary ternyata bisa juga bikin nggak ikhlas tidur.
Dari kecil udah suka nulis diary. Sekarang juga sama sih, medianya aja yang beda.

Ada banyak topik cerita di bulan ini sebenarnya, mulai dari ceritaan si Cinta, pandangan soal agama, kejahatan-kejahatan yang saya perbuat, dan beberapa pikiran lainnya.
Tapi nggak ada yang bener-bener diceritain.
Bulan ini jiwa raga saya seutuhnya dipersembahkan untuk kerjaan; sisanya tidur.

Saya nggak ngerti apakah orang kepo memang dianugerahi fungsi otak berlebih sehingga dia selalu merasa kekurangan saat hanya urusin hidupnya sendiri atau bagaimana. Nggak apa-apa juga sih kepo, tapi nggak perlulah keponya terang-terangan; nyebelin.

12 September 2017
Go On
Diantara gempuran tugas, ingin main game, ingin tidur, dan butuh nulis.
Pas lagi kangen-kangennya tapi lupa caranya.

Waktu lagi nggak mau tau soal apapun di dunia ini kecuali sekumpulan batang padi yang goyang bersama ketiup angin dan menghasilkan bunyi ‘sssshhhhh’ berulang-ulang.
Di sisi kiri, jajaran gunung bertumpuk-tumpuk, mirip gambar anak TK yang dibuat pakai kuas air lalu meleber ke kanan-kiri.

Dan kamu menolak jatuh cinta kepada waktu; dimana pun - bagaimana pun; melibatkan seluruh perasaan, tugas - game - tidur - dan kekhawatiran memakanmu mentah-mentah.

5 Februari 2017
Sabtu

Kenapa hanya ada 1 sabtu dalam 1 minggu?
Biar kangen.
Nggak juga kok, semua hari juga begitu.

Waktu SD, udah paling girang karena Sabtu berarti pulang sekolah cepet dan setelahnya bisa nonton film vampire di RCTI.
SMP: Sabtu rasanya biasa karena mulai padat sama ekstrakurikuler.
SMA: Sabtu rasanya luar biasa karena ke sekolah hanya untuk ekskul sebentar, bisa pake baju bebas, dan bisa diapelin; kalo diapelin.
Kuliah: semua hari rasanya sama, ya tetep nggak bisa tidur, ya tetep ngerjain tugas, ya tetep pulang malem dari kampus; rasanya sama.
Kerja: Sabtu berasa kayak ketemu sumber air di padang pasir; greeeeaaaatt! Walau sekarang seringkali bikin bingung mau ngapain.

Barangkali ada benarnya, bukan lingkungan yang berubah, it’s you that change.
Kita yang ternyata nggak lagi sama dengan kita yang dulu, alih-alih untuk survive dan aktualisasi diri. Ya memang paling gampang adalah menyalahkan lingkungan dan yang paling sulit adalah menerima segala sesuatu yang nggak lagi seperti dulu.

Tapi at least, di weekend awal Februari yang nggak kemana-mana ini saya belajar dari foto Keenan Pearce dan pacar barunya, bahwa banyak hal bisa disesuaikan dan berubah pada akhirnya.
Eeemmm, ga gitu juga.

Layaknya Sabtu yang harus tetap bisa dinikmati walau sudah bangun dini hari untuk dapat sunrise di Puncak – sampai disana ternyata kabut dan hujan – ujan-ujanan makan indomie bareng anak gaul yang berisik nggak karuan, dan pulang pada akhirnya; Sabtu tetap jadi Sabtu.

Kurang bermanfaat memang, tapi semoga masih ada yang bermanfaat.

The Unpublished Drafts

by on November 19, 2017
Tulisan akhir-akhir ini terasa kurang sehat, ya. Kebanyakan bumbu “rempah”; barangkali karena saya hobi makan makanan berbumbu rempah. ...
Entah cuma saya atau semua orang pernah ngerasain hal yang sama;
barangkali tanpa sadar, kita menitipkan sejumlah tertentu energi di beberapa hal dalam hidup. Dan barangkali yang sering terjadi adalah, kita menitipkan terlalu banyak energi pada satu hal.

Beberapa waktu terakhir saya benar-benar merasa kehilangan energi sampai buat nulis pun nggak bisa. Ada begitu banyak bahan, tapi seketika nggak tau gimana caranya cerita, nggak tau apa yang mesti ditulis, merasa ‘basi banget sih’ bahkan sebelum jadi satu paragraf pendek.

Di suatu kondisi, energimu bisa sangat besar.
Sedang dilain kondisi, kamu benar-benar bisa kehilangan energi.
Jangan sekalipun menitipkan energi hidupmu tanpa komposisi.

Kita terlalu sibuk cari obat; kita telat sadar bahwa peracik obat spesialis itu adalah diri kita sendiri. Karena pada akhirnya, kita sendiri yang paling tau kemana energi itu mengalir, dalam wujud apa energi itu berubah bentuk, dan gimana cara mendapatkannya kembali.

Saya sering ceroboh menitipkan sejumlah besar energi kepada spesifik orang atau sesuatu. Dan yang baru saya sadari, saya benar-benar hanya menitipkan sejumlah kecil pada sahabat, mimpi, hobi, dan banyak hal lain yang lebih layak mendapat porsi.
Dan saya benar-benar salah.

Bagilah.
Atau carilah pembagi lain.
Jangan titipkan terlalu banyak.
Bagaimanapun kamu mengaku tidak tau, hatimu sebenarnya selalu tau.
  
Malam minggu lalu saya sengaja ketemu dengan 2 sahabat sejak SMA.
Satu-satunya alasan ketemu adalah kangen; setelah ketemu ternyata lebih dari itu.
Mereka cukup menyembuhkan dengan cara mereka sendiri; di saat saya berpikir nggak akan ada cara, kecuali waktu.
Lagi-lagi saya salah.
Selamanya mereka nggak akan bisa memberi hujan - tapi mereka seolah menuntun pada oase.
Entah benar mereka menuntun menuju oase atau tubuh saya yang sudah sedemikian luka sehingga pertolongan sekecil apapun terasa sangat membantu dan meringankan sakit.
I couldn’t ask for a better BFTID.

***
Ngomong-ngomong, saya punya calon hobi baru:
ngeliatin pantulan di kaca jendela mobil travel Bandung – Jakarta (dan sebaliknya) dari lampu-lampu yang dipasang memanjang di dinding pembatas pekerjaan jalan sepanjang tol Jakarta Cikampek. 
Harus banget dari pantulan karena rasanya beneran beda.
***

P.S.
Barangkali akan selalu ada orang yang menjadikan beberapa pernyataan di atas sebagai bahan pembicaraan, bukti untuk entah membuktikan apa, atau dasar kuat untuk membenarkan pemikiran mereka. 
Ya nggak apa-apa juga sih. 
Semua orang berhak berpikir ala dirinya sendiri dan saya pun punya hak untuk mengutarakan sesuatu sebagaimana saya ingin - tanpa harus disertai latar belakang dan detail permasalahan, maybe you call it 5W1H. Saya begitu malas menjelaskan. Dan yang paling iseng, saya suka nontonin orang menilai saya sebagaimana mereka pikir, sampai mereka kesal dan gelisah karena pikiran yang dibuatnya sendiri; dan di waktu itu saya akan ambil kopi, duduk di kursi malas, sambil menunggu mereka sadar dan bilang,
“jangan ganggu hidup gue lagi.”
Dan saya cukup bilang, “lah,” bisa diucapkan atau cukup dalam hati.
Sambil senyum keren.

Selamat bobo.

Quite Another Matter

by on November 16, 2017
Entah cuma saya atau semua orang pernah ngerasain hal yang sama; barangkali tanpa sadar, kita menitipkan sejumlah tertentu energi di bebe...
Banyak jalan tapi nggak banyak nulis. 
Mungkin jalannya kurang barokah. 

Ada bahan nggak bisa ngedraft
Nggak ada bahan apalagi. 

Hasil pengamatan dua hari: setiap siang jelang sore Jakarta hujan. 

Saya pakai celana yang sama. 
Celana kebesaran. 
Dan kepanjangan. 
Celana yang dibeli beberapa minggu lalu. 
Tapi saya suka. 
Ternyata syarat suka bukan 'harus pas'. 

Nggak sengaja beli tambahan 2 botol aroma therapy; satu aroma vanilla dan satu Bali Ocean. 
Wanginya enak. 

Time will heal.

Time will Heal

by on November 05, 2017
Banyak jalan tapi nggak banyak nulis.  Mungkin jalannya kurang barokah.  Ada bahan nggak bisa nge draft .  Nggak ada bahan apalagi.  ...

My Blog List