Apa jangan-jangan, kita hanya hidup di pikiran masing-masing? 

Karena hidup yang dijalani sebenarnya berputar di situ-situ aja. Nggak benar-benar sedamai video pedesaan yang dibumbui lagu untuk diup di Instagram. 

Kita cuma selalu sibuk membandingkannya dengan andai-andai. 

Gimanapun damainya video pak tani panen di sawah, atau anak kecil lari-larian di pinggir sungai, bukankah selalu ada ketakutan pak tani gagal panen? Atau harga beras jatuh? Atau anak desa yang nggak berani ke sekolah karena belum bisa bayar SPP?

 

Lagi banyak merasa ‘apasih, apasih’.

Kita begitu hidup dalam media, nyatanya belum tentu.

 

Justru waktu aku benar-benar bahagia, segalanya jadi cepat, berasa selewat.

Dan saya nggak pernah mampu untuk menggambarnya, atau bahkan menuliskannya. Terlaluuuuu besar perasaannya.

 

Bahagia seharusnya selalu saat ini, selalu sekarang.

Jangan lupa bersyukur. Alhamdulillah.


P.S.: Gambar di atas baru banget di foto, airdrop ke laptop, up. Ternyata 'bahagia' bisa difoto.

Menonton Bahagia

by on July 25, 2021
Apa jangan-jangan, kita hanya hidup di pikiran masing-masing?  Karena hidup yang dijalani sebenarnya berputar di situ-situ aja.  Nggak benar...


Kumpulan mood random dan text yang ada di kepala. Kadang cukup dirasain lalu hilang; kadang perlu dikeluarin biar lega. Inilah tulisan yang ‘masa iya hampir 30 tahun isinya beginian’.

 

2 Juli 2021 

Berangkat kerja di waktu matahari sudah tinggi, di jam paling siang seumur hidup, 06.50 baru nyalain mobil. Jalanan yang biasanya baru masuk tol aja udah berhenti, hari itu kosong melompong membahagiakan. Terima kasih karyawan-karyawati DKI yang berbahagia kerja di rumah saja. Jalanannya buatku semua.

 

Buka Spotify dan asal pilih playlist dengan keyword ‘Friday’.

“You’re insecure. Don’t know what for”

One Direction sampai keluar Tol Jatikarya. Aku bahagianya nggak ada dua. Nyanyi teriak-teriak dengan joget seadanya.

 

5 Juli 2021 

Siang ini kondisi di luar kelihatan cukup panas walaupun kayaknya nggak panas-panas amat.

Baru banget melangkah keluar dari kamar mandi, lihat jendela, kena semilir angin AC, dan berpikir, “Duh senikmat ini hidup gue.” Liat kasur rasanya enak banget buat bobo siang.

“Abis solat bikin kopi sambil main The Sims enak nih.”

 

Dari sekian banyak hal yang dikuatirkan saat ini, kufur nikmat sih kalo nggak bersyukur. Baru di titik ini makin merasa nggak butuh main keluar, entah karena kelamaan di rumah atau memang butuhnya sudah berubah.

 

Salah satu yang paling signifikan adalah nggak merasa butuh ke toko kopi. Mau apa? Kopi paling enak (ye menurut gue), bisa bikin sendiri. Justru kadang ngopi di luar rasanya malah kayak “Duh, kurang creamy lagi. Duh ketipisan. Duh keaseman.” Dan sebagainya.

Mau nge-teh buat variasi? Teh paling sehat dengan rasa paling enak, aku punya! White tea? Green tea? Yang diblend pake bunga? Pake buah? Ada, tinggal seduh.

Atau matcha? Duh, aku bahkan beli yang ceremonial grade. Lebih authentic dibanding matcha yang dipake di toko kopi pada umumnya. Campuran susu, ada. Mau dicampur keju? Bisa.

Kurang apa coba hidup per-kopi-an gue?

 

Kabar gembira, masak juga bisa! Sayur pasti ada stock, udah diprepare sekalian malah, tinggal pilih di kulkas. Mau yang cepet, dibuat sayur bening atau pake bumbu racik? Oh, atau pake bumbu pecel? Lengkap.

Nggak mau berkuah? Bentar yah, potong bawang dulu buat tumisan.

Pengen bakso? Ayam atau sapi? Aku bisa bikin nggak pake tambahan tepung, tanpa pengawet, ya penyedap masih pake sih, Totole dalam jumlah wajar.

Digoreng pakai tepung ok juga tapi janganlah, better less minyak. Mentok di air fry bisa sih, cuma aku prefer nggak masak dari sesuatu yang mentah di air fryer. Setengah mateng oke lah, supaya suhunya max. 100 derajat celcius aja. Protein kena suhu tinggi dan dalam waktu lama bahaya cuy.

 

Apa? Mau apalagi yang nggak bisa di rumah?

Bahkan belanja sabun, odol, tissue, semuanya bisa dari Shoope Mart. Tinggal gelinding doang ambil di lobby.

 

Mungkin sebenarnya manusia memang nggak butuh banyak. Makan nasi anget dikecapin sama telur dadar aja udah enak banget.

 

Oh, barangkali satu-satunya yang manusia butuh banyak adalah rasa tenang, rasa baik-baik aja, rasa merelakan atas berbagai hal di luar kendalinya.

Manusia itu kapan nggak nggak tenangnya ya? Kapan nggak punya kegelisahan, nggak punya ketakutan, nggak punya rasa khawatir sama dirinya?

Gue nih pasti ilmunya kurang, ngajinya juga, solatnya juga.

 

Di Senin siang menjelang sore, mendung nggak, terik nggak.

Biasa-biasa aja.


Biasa-Biasa Aja

by on July 05, 2021
Kumpulan mood random dan text yang ada di kepala. Kadang cukup dirasain lalu hilang; kadang perlu dikeluarin biar lega. Inilah tulisan yang ...

My Blog List