Hitungan kembali dimulai dari nol.
Satu, dua, tiga, sampai seribu. Lalu kembali menjadi nol.

Ada kepuasan berbeda waktu menceritakan sesuatu yang kurang bisa dipahami orang lain. Yang tau cuma kita dan Tuhan, yang lain tebak-tebakan. Puas seperti punya me time yang diketahui orang padahal nggak.

Sampai dengan akhir Juni, pekerjaan berantakan, blog kepayahan, dan walau urusan hidup kurang begitu baik, tetap sangat saya syukuri.

Kamu tau, yang paling mengejutkan adalah saat kamu berpikir semua baik-baik saja, padahal bom waktu ada tepat di bawah tempat tidurmu. Diam-diam menunggu waktu. Diam-diam meledak.

Saya pernah berada dalam kondisi nggak merasa lapar, nggak ingin makan, nggak ingin apapun, sampai lemas di sore hari. Satu-satunya alasan buka Gofood adalah takut masuk rumah sakit. Masa dimana orang yang hobi makan nasi goreng sama sekali nggak tertarik dengan nasi goreng di depan mukanya.

Menerima dengan ikhlas itu berapa lama belajarnya?
Waktu kamu sudah kelewat batas namun masih tetap di sayang Tuhan. Masa-masa dimana cuma takut Allah marah dan Ibu tidak ridho.

Pulang cepat setelah jam kantor selesai itu perlu dinikmati. Ternyata banyak hal yang kamu abaikan. Kulit mukamu berantakan, kulit tangan dan kaki kering semua. Hubunganmu dengan Tuhan juga nggak ada baik-baiknya.

Suatu hari kamu berpikir akan punya anak berapa. Saya pernah ingin punya anak 1 saja. Pernah juga ingin punya 5. Pernah begitu ingin punya anak pertama laki-laki. Pada akhirnya, semuanya jadi begitu sederhana: apa saja, berapa saja, yang penting sehat.

“Tak serahken kepada Allah aja” dan “Tenang, ada Allah”.

Karena hitungan kembali dimulai dari nol. Barangkali tidak jadi lebih mudah. Tapi kita sudah lebih hebat.

Nol

by on June 27, 2019
Hitungan kembali dimulai dari nol. Satu, dua, tiga, sampai seribu. Lalu kembali menjadi nol. Ada kepuasan berbeda waktu menceritak...

My Blog List