Dear akang senior 2007 yang berbaju biru,
Galak banget deh. Saya dan temen-temen diabisin di pos 2007. Saya yang disuruh nyanyi sambil joget, nyari nama senior dan disuruh nembak, dipelototin sama senior-senior cewek, ditarik sana sini, dan terakhir akang yang main-main dengan saya.
-> “saya ganteng nggak, nyai?” ganteng, kang.
-> “mau nggak jadi pacar saya?” nggak, kang.
-> “kok nggak? Kan saya ganteng?” dan saya cuma bisa nunduk diem.

Akang ngeselin deh. Pertanyaannya males banget.
Besoknya setelah ospek, saya parkir motor di samping masjid. Kebetulan disitu anak-anak 2007 lagi pada ngumpul, akang juga ada distu. Saya nggak terlalu merhatiin akang dan akang teteh lainnya karena masih trauma dengan ospek yang baru terjadi kemarin, walopun pada saat itu kalian udah nanya-nanya saya sambil ketawa, tetep aja, buat saya kalian masih SEREM.

Akang yang sok-sok nimbrung tiap kali saya lagi ngobrol sama kang Inal. Inget banget deh waktu saya abis solat maghrib, kang inal dateng dan akang ngekor, saya bahkan nggak tau nama akang dan nggak tau kalo akang adalah akang 2007 berbaju biru yang dulu nanya-nanya saya waktu ospek di pos 2007, saya telat sadar akan hal itu. Kang Inal ngobrol sama saya dan akang ngobrol sama Khrisna. Tapi walopun akang lagi ngobrolin band sama Khrisna, tetep aja akang nyamber-nyamber ke obrolan saya sama kang inal. #keppo :p

Dari sana, saya nggak tau darimana deh akang tau no hp saya. Saya baru tau kalo nama akang adalah Dyo setelah akang SMS saya dan menjelaskan kalo akang adalah temennya kang inal yang waktu itu nimbrung di mesjid. OOOH. Akang sms saya dan nanya-nanya hal nggak penting yang kayaknya nggak harus juga ditanyain ke saya. Apapun di jadiin topik deh sama akang, satu yang saya inget banget, akang ngajak ngegosip di sms *ya ampun*. Terus pada akhirnya saya jarang bales SMS akang dan sms terakhir akang bilang gini “jangan ditanggepin ya kalo anak 2007 ngomong macem-macem. Takutnya kamu keganggu atau mikir nggak-nggak” kurang lebih kaya gitu isinya, dan SMS itupun nggak saya bales kayanya, hehe, maaf kang.

Saya nggak maksud kurang ajar atau gimana-gimana, kang. Maaf kalo lancang, tapi saya jawab “ganteng” ketika akang nanya ganteng apa nggak, itu jujur lho setelah saya sekilas liat akang. Ternyata memang ganteng. Punten kang, nggak ada maksud apa-apa kok. Dan kenapa saya jawab “nggak mau” ketika akang nanya mau apa nggak jadi pacar akang, yaa nggak mungkin kan kalo saya jawab “mau”, itu sama aja kaya saya nyelem di rawa buaya kang.

Segini aja dari saya kang, nyai 2009. Maaf kalo lancang dan kurang ajar. Akang ganteng, tapi kalo akang tanya saya mau jadi pacar akang atau nggak, saya nggak mau, SAYA MAU JADI ISTRI AKANG AJA.

Terima kasih.
Nyai 2009,
Viani Ezra Azizah.

Surat Untuk Senior 2007

by on February 26, 2011
Dear akang senior 2007 yang berbaju biru , Galak banget deh. Saya dan temen-temen diabisin di pos 2007. Saya yang disuruh nyanyi sambil joge...
Yang paling sensitif dan nggak mengenakkan adalah membahas masalah UANG. Nggak akan pernah ada pengendara mobil yang tutup jendela kalo selebaran-selebaran promosi yang dibagiin dijalanan ketika lampu merah adalah UANG, nggak akan ada orang yang nolak jadi tukang sampah kalo buntelan plastik sampah yang dibuang di tiap rumah adalah UANG, dan nggak ada cerita tentang mbak-mbak yang lari cepet untuk tutup gorden rumah saat ada pengamen di depan rumah yang ujung-ujungnya minta UANG.

Jadi inti masalahnya apa deh? UANG? Bukankah kita hidup bukan untuk uang? YA, uang bukan segalanya, tapi segalanya tetep butuh uang.
Saya masih mahasiswa yang belum merasakan langsung gimana beratnya cari uang. Belum berpenghasilan? Ah nggak juga, saya berpenghasilan, Rp 218.100,- per 3 bulan sebagai pengajar ulung di laboratorium kampus. Bangga? IYA DONG, meskipun nggak ada apa-apanya dibandingkan dengan penghasilan pacar saya dalam 2 minggu. SAYA BANGGA dan semakin melek gimana capenya cari uang, setidaknya tergambar pada Rp 218.100 dalam 3 bulan. Tapi kan kecil? Jangankan beli ferrari, buat beli permen aja nggak cukup :p *#sombongunite, hahaha*

Banyak banget hal yang mendeskripsikan tentang uang sebenarnya, kita ambil contoh; Letto --> kau datang dan pergi oh begitu saja. Darisana saya sempet nebak-nebak, jangan –jangan belut diciptakan saat Tuhan baru aja beres menciptakan uang. Kok bisa? Sama-sama licin soalnya :p *krik..kriiik*

Pada saat saya kuliah akuntansi biaya, di kuliah pertama dosen saya bilang, “berapapun besarnya income, kalau pengelurannya tidak terkontrol, ya amblas..” Hey hey, uang bukan cinta, inget, uang itu belut! #apasih. Kalo cinta, makin jor-joran di gombal bisa jadi makin sip, lah kalo uang? Makin jor-joran ya makin tepok jidat.

Oke saya mau cerita sedikit. Orang tua saya typical orang tua sederhana yang bisa terima makan dengan tahu dan tempe. Terkadang mereka, terutama Ibu saya *maaf ya, bu, x.o.x.o* terkesan pelit dan nggak mengerti keadaan jaman. Semakin saya dewasa, saya semakin ngerti kenapa beliau seperti itu. Hal-hal yang nggak bisa dimengerti sama orang yang belum cukup dewasa untuk mengerti. Jauh dipikiran beliau-beliau ini adalah hari besok dan besok besok besoknya lagi. Hari ini harus terima makan singkong karena mesti nabung untuk beli benih padi supaya suatu saat bisa panen dan makan nasi sepuasnya. Hal-hal yang baru saya sadari bahwa beliau-beliau ini berpikir panjang untuk kelangsungan hidup mendatang dan membiasakan saya untuk bisa survive hidup apa adanya.

Ketergantungan manusia akan uang nggak lagi bisa di hindari. Buat saya yang terbiasa hidup dengan filosofi “harus cukup, kalo nggak cukup ya dicukup-cukupin” nggak jadi masalah ketika uang di kantong tinggal segitu-gitunya. Terpaksa nolak ajakan main temen dengan berbagai alasan atau cari kesibukan lain yang tanpa keluar uang. It works! Atau di saat bener-bener kepojok padahal nggak punya uang, dengan sangat amat berat hati, pinjem, tapi ini benar-benar sangat saya hindari. Saya termasuk orang yang nggak suka pinjem untuk masalah ini. Pasti yang ada malah kepikiran nggak abis-abis dan nggak tenang sebelum pinjaman itu saya selesaikan. Saya lebih milih nggak makan atau makan dengan budget Rp 5000,- daripada harus pusing nggak kelar-kelar mikirin pinjaman.

Yang kita butuhkan adalah menyeimbangkan keadaan dengan kebutuhan. Belajar untuk memilih mana yang benar-benar perlu, mana yang perlu, dan mana yang masih bisa di’nanti dulu’ kan. Setiap hal menempati tingkat level kebutuhan masing-masing buat tiap orang. Kalau kemarin, Jaguar ada di level penting dan dibutuhkan di hidup kita, mungkin nggak begitu dengan hari ini, hari ini mungkin cukup dengan xenia atau timor. Yang kita butuhkan kemarin belum tentu jadi kebutuhan untuk hari ini, begitu juga dengan besok.

Manajemen dan disiplin keuangan menjadi hal pokok yang harus dilakukan selama kita masih manusia yang butuh akan uang. What we do is not for money, but no life with no money..

Be wise and be clever to let the money out :)


UANG

by on February 24, 2011
Yang paling sensitif dan nggak mengenakkan adalah membahas masalah UANG. Nggak akan pernah ada pengendara mobil yang tutup jendela kalo sele...
sedih, galau, sakit, luka, nyesek, gundah, gelisah, pilu, dan antek-anteknya, biasanya, semua perasaan itu akan terasa lebih baik setelah nangis. Nangis dari sesenggukan sampe nggak ada lagi air mata yang bisa keluar, air mata itu hebat. Hanya karena air mata, seseorang bisa tidur lebih nyenyak, tidur sambil senyum atau minimal bisa tarik napas dalam-dalam.

TUMPAHKAN SEMUA DALAM TANGISAN, AIR MATA DAPAT CAIRKAN HATI

Nangis bukan berarti lemah, bukan berati cengeng, dan bukan berarti nggak berdaya, nangis adalah luapan emosi yang sudah nggak bisa diungkapkan dengan kata-kata.

Yang kita perlu hanyalah berani mengungkapkan dan mengekspresikan. Saat kita sudah nggak mampu lagi untuk mengungkapkan sesuatu hebat yang terasa di hati kita, nangis adalah hal yang paling banyak dilakukan orang-orang.

Bapak saya adalah orang yang sangat jarang nangis. Baru banget deh sekali ngeliat Bapak nangis, itupun dulu ketika saya masih TK. Saya nggak pernah tau apakah memang Bapak jarang nangis atau jarang ketauan ketika nangis. Memang nggak perlu semua orang tau ketika kita nangis, adakalanya cukuplah kita yang tau, pada saat kapan kita nangis dan kenapa bisa nangis. Tapi lakukanlah, nangis nggak membuat jatuh image laki-laki di depan perempuan ataupun sebaliknya. Nangis nggak membuat kita terlihat lebih jelek apalagi lebih mirip tetangga *zzzzz*. Nangis juga nggak bisa selalu diartikan sebagai cara membuat orang simpati atau mengada-ada untuk buat orang lain kasian. Saya selalu menganggap bahwa hujan adalah sesuatu yang baik. Saya tergila-gila dan mensakralkan kehadiran hujan, sama halnya dengan air mata. Tiap butir air mata yang jatuh, saya percaya, masing-masing ngebawa beban persatuan berat, itulah kenapa dengan banyaknya butiran air mata yang jatuh ketika kita nangis, hati kita makin terasa lega, lega, dan ringan.

Menangislah kalau perlu,
Untuk perempuan, orang dewasa, anak kecil, ABG LABIL, laki-laki, wanita, pria, ibu-ibu, bapak-bapak, mau jendral kek, presiden kek, Paris Hilton atau Ronaldo sekalipun, semuanya pernah nangis, karena nangis mewakili seluruh hal yang kita rasakan, karena nangis menjadi bukti bahwa kita manusia, karena nangis adalah manusiawi.

Nangis memang nggak menyelesaikan masalah, tapi sangat melegakan.

Nangis

by on February 24, 2011
sedih, galau, sakit, luka, nyesek, gundah, gelisah, pilu, dan antek-anteknya, biasanya, semua perasaan itu akan terasa lebih baik setelah na...
Saya kepala batu dan sangat susah diatur.

Tiap orang punya hak untuk membenarkan apa yang dia lakukan, apapun itu, dan setiap orang punya perspektif sendiri tentang kebenaran dan keharusan.  Cara pikir seseorang mungkin dinilai terlalu sempit buat orang lainnya, gitu juga sebaliknya. Ke-kompleks-an pikiran kita sering disalahartikan sama orang lain. Nggak ada nilai atas hal itu, semua murni masalah toleransi.

Saya kepala batu dan sangat susah diatur.
Saat kepala batu dan sangat susah diatur nya saya kambuh dan menjadi-jadi saya sebenarnya nggak butuh banyak diperhatikan, saya hanya mau ngeliat bagaimana seseorang menyikapi saya, atas tindakan dan kekacauan yang saya buat.
Terkadang saya nggak pernah setuju dengan ‘salah’ dan ‘benar’. Terkadang saya cenderung lebih pro dengan ‘salah’ dan ‘lebih salah’. Saya pikir manusia terlalu EGO untuk mengakui kesalahan yang sebenarnya sehingga yang tampak di permukaan adalah ‘salah’ dan ‘benar’.

Saya kepala batu dan sangat susah diatur. Saya sendiri nggak pernah tau gimana cara tepat menyikapi saya. Satu hal yang ingin saya tau bukan bagaimana cara tepat menyikapi saya, tapi bagaimana cara orang lain menyikapi saya.

Not now, Already

by on February 03, 2011
Saya kepala batu dan sangat susah diatur. Tiap orang punya hak untuk membenarkan apa yang dia lakukan, apapun itu, dan setiap orang punya p...
Manusia dalam beberapa keadaan terlalu menilai lebih dirinya sendiri dan bahkan sama sekali nggak tau seberapa dewasa dia sebenarnya.

EGO. Jangan pernah berpikir bahwa kita seorang DEWASA sebelum kita bisa mengontrol EGO. Nggak ada kebijaksanaan, kedewasaan, dan kejernihan berpikir selama EGO masih bebas mondar-mandir dan pegang setir.

SAYA BELUM CUKUP DEWASA. Setelah beberapa lama, saya disadarkan bahwa saya belum cukup dewasa. Saya masih LABIL layaknya ABG yang suka kabur-kaburan atau anak kecil yang nangis kejer karena nggak boleh makan ice cream.

SAYA dan jutaan kata tentang saya, ternyata sangat mudah untuk disimpulkan, hanya dalam 3 huruf, 
EGO

Ego

by on February 01, 2011
Manusia dalam beberapa keadaan terlalu menilai lebih dirinya sendiri dan bahkan sama sekali nggak tau seberapa dewasa dia sebenarnya. EGO. ...

My Blog List