Brownies

“Kak, jangan lupa ya, nanti kalau kakak pulang, lewat toko kue itu. Siapa tahu hari ini tokonya buka!”
“Iya, nanti kakak lihat. Jangan nakal ya di rumah. Jaga ibu. Kakak berangkat..”
Lagi. Ini terjadi seperti biasanya. Celotehan lugu adik-adikku dibarengi dengan sinar matanya yang berbinar-binar, celotehan itu yang mengiringi ku tiap pagi.
Siang ini panas sekali. Matahari mungkin sedang tak mau tertawa. Atau mungkin sedang kesal karena makin pekatnya polusi di udara yang membuatnya sesak napas.
Dari satu tempat ke tempat lain aku berjalan. Bermodal karung dan besi yang salah satu ujungnya tajam, aku mencari uang.
Sampai sore begini, tak banyak yang kudapat. Hanya kaleng, kardus dan botol-botol plastik yang jumlah nya tak banyak. Setelah dari tempat pengumpul di pinggir kali sana, aku pulang.
Tajam aku menatap gubuk di depanku. Sudah tak layak huni. Bentuknya tidak simetris. Sarat akan air mata dan rintih saat perut sudah tak bisa diajak kompromi.
Aku masih terdiam di tempat ku sekarang. Tak berani aku pulang. Belum siap aku menatap wajah adik-adikku jika mereka menanyakan soal kue mahal itu.
Tapi waktu memaksaku. Sudah lewat maghrib. Mau tak mau aku harus pulang.
Baru aku membuka pintu gubuk itu, adik-adikku langsung berlari ke arahku.
Mereka diam sebentar, memandangi aku.
Dan dengan tatapan kecewa, mereka berkata, “Toko nya tutup lagi ya kak?”
“Iya. Mungkin mereka lagi di luar kota. Jadi belum buka sampai sekarang.”
Ah. Aku yakin mereka bosan dengan alasan itu. Tapi mau apa lagi, aku bukan orang yang pandai bermain kata.
Ibu tersenyum. Ibu tau pasti alasan ku. Matanya lembut memandang ku. Aku tau maksud tatapan itu. Ibu pasti berkata, “Seandainya ibu bisa, ibu bantu kamu, nak..”.
Ibu sudah tua. Tangan nya tak kuat lagi memegang sikat, mencuci baju tetangga. Aku tak akan biarkan ibu ikut banting tulang. Aku tak mau ibu kelelahan, sakit-sakitan dan akhirnya menyusul Bapak.
Dari 3 adikku, hanya satu yang sekolah. Dan untuk membiayai satu anak pun, kadang aku harus bekerja ekstra, mati-matian untuk bayar SPP tiap bulannya.
“Kak, minta uang dong. Kita belum makan..”
Aku merogoh kantong, hanya ada 5 ribu.
“Beli 4 roti ya. Yang seribuan aja..”
Aku mengalah. Memilih korbankan perutku. Aku harus menabung tiap hari untuk biaya sekolah adikku.
Aku berjalan ke dapur. Minum sebanyak-banyak nya agar perutku penuh. Tak mengenyangkan, tapi paling tidak, memenuhi perutku.
Hari masih gelap. Aku bangun, solat, dan siap-siap berangkat.
Lagi, adikku yang terkecil lari ke arahku dan membisiki ku, “Jangan lupa ya kak.. Adek pengen brownies..” Dia tersenyum manis sekali. Dan senyumnya meruntuhkan semua pertahanan di jiwa ku.
Langkah kaki ini makin berat. Tak berhenti aku berpikir, bagaimana bisa aku dapat brownies untuk adik-adikku? Tak akan cukup uang ku..
Ketika matahari tepat berada di atas kepala, aku memilih istirahat di sebuah gardu terbuka di pinggir sawah sana.
Beberapa menit aku duduk mematung disana. Pikiran ku kosong. Aku bingung, apa yang harus lebih dulu aku pikirkan.
Tiba-tiba sebuah mobil berhenti tepat di depan sini. Seorang gadis cantik turun dan langsung duduk di sebelahku.
“Hai”.
Sempat aku bingung, apa dia menyapa aku?
Aku celingukan kanan kiri, dan dia tertawa.
“Hey.. aku ngomong sama kamu..”
“Oh. Maaf..” aku cengar-cengir.
“Cape banget kayaknya. Sudah makan?”
Aku nggak menjawab. Hanya menggelengkan kepala.
Dia bangun dari duduknya. Buka pintu mobil, dan kembali dengan membawa sebuah kotak persegi panjang.
“Ayo di makan..”
Aku perhatikan bentuk kuenya. Warnanya coklat. Lembut teksturnya. Setelah aku lihat bungkusnya, tulisan besar berwarna coklat membuat ku terbelalak, “BROWNIES KUKUS”.
Waw! Betapa senangnya aku! Ternyata ini kue mahal yang diminta adik-adikku.
Aku ambil sepotong. Ketika kue itu sampai di mulutku, wah…enak sekali. Baru pertama aku makan kue seenak ini. Pantas adik-adikku selalu minta dibelikan ‘si coklat’ ini sejak 4 bulan yang lalu.
Ada suara hand phone berbunyi. Buru-buru gadis itu mencari Hp nya.
Entah apa masalahnya, mukanya berubah drastis. Dia tampak terburu-buru.
“Mmm. Sorry, aku harus pergi sekarang. Brownies nya ambil aja buat kamu!” sambil senyum dia pergi.
Apa? Brownies nya untukku?? Waw! Aku langsung terbayang ekspresi bahagia adik-adikku di rumah. Mungkin dia akan bilang, “Wah.. ini coklat semua ya?” atau “Kok bisa seenak ini ya, kak?”
Wah. Girang tak terkira aku hari ini!
Semangatku terpacu. Tak ingin menunda satu detik pun kebahagiaan untuk adik-adikku, aku berjalan cepat ke tempat pengumpul. Urusan selesai, dan aku beranjak cepat pulang ke rumah.
Aku berjalan seperti melayang, tak ada beban kali ini. Aku terus berjalan sambil tersenyum membayangkan teraik gembira adik-adikku menyambut brownies nya.
Tiba-tiba, BRAKKKK!!
Motor ugal-ugalan menabrakku dari belakang! Aku jatuh tersungkur. Dan malang, aku tak bisa menyelamatkan brownies nya. Brownies itu terbang, dan jatuh ke selokan di pinggir ku.
Agh!! Aku ingin marah! Motor itu tancap gas!
Kali ini aku hampir tak sanggup bangun. Ini lebih berat dari beban langkah ku tadi pagi.
Kini, muram ku datang lagi.
Berjalan lunglai, aku pulang.
“Assalamualaikum…”
Ke tiga adikku menoleh dan langsung menghampiriku dengan senyum terbaik mereka, berharap aku pulang membawa brownies yang sudah lama mereka minta.
Aku diam.
Mata mereka bergerak cepat meneliti tiap bagian dan celah yang ada padaku. Tiba-tiba mata berbinar itu mulai redup satu-satu. Senyum manis yang tadi sekejap hilang. Aku bisa lihat jelas, mereka kecewa. Tapi sama sekali mereka tak menyalahkan aku. Mereka hanya diam.
Dengan ekspresi kecewa, satu demi satu dari mereka membalikkan badan, berjalan kembali ke tempat masing-masing, seperti tadi sebelum aku pulang.
Aku menelan ludah. Menghela napas panjang. Lutut tak mampu lagi menopang tubuhku. Aku mulai jatuh perlahan, seiring dengan jatuhnya air mataku. Lekat ku tatap ke tiga adikku. Dengan seluruh sisa kekuatan, aku mendapat alasan lain, “Toko kue nya sudah pindah, dek…”

1 comment:

  1. ceritanya bagus kok vi.....
    tapi agak kurang euy gregetnya......
    dibuat konflik yang agak menonjol dikit...
    tapi dapet sih ceritanya,,,,,

    ReplyDelete

Hello there, question/comment/suggestion/feedback are welcomed. Please feel free to get in touch with me through my instagram/twitter/email account ;)

My Blog List