i let u go

“Sekarang aku tau gimana rasanya sepi. Waktu nggak ada lagi jari yang ngisi sela di jari ku, waktu nggak lagi kritik pedas kalo aku curhat, dan waktu nggak ada lagi suara berisik orang yang nonton sepak bola di tengah malam. Yang ada sekarang cuma suara jangkrik.. krik..krik.. atau suara kukuk burung hantu kalau malam sudah makin gelap.”
“Semua ada waktunya, Key..”
Wanita itu bangun dari duduknya. Pergi ke dapur membuat secangkir kopi seperti yang selalu dilakukannya.
“Aku nggak habis pikir, kok bisa ya Subagja sialan itu berani nekat?”
“Namanya juga manusia, Key..”
Key kembali duduk sambil ‘menyeruput’ kopi panasnya.
“Rasanya pengen banget aku mutilasi dia.. Terus aku jadiin sate..”
“Ya tinggal di mutilasi aja, Key. Toh kamu juga bisa sekalian terkenal mendadak kan?”
“Iya sich.. Tapi rugi. Keenakan kayaknya kalo cuma di mutilasi! Ga sebanding sama sakitnya aku.”
“Key.. Key.. Nggak berubah ya kamu..”
Key diam, kali ini tanpa ‘menyeruput’ kopi panasnya.
Sahabatku yang satu ini nggak ada berubahnya sama sekali. Nggak bisa terima kalo ngerasa sakit. Tapi beban nya kali ini memang berat, sedikit miris dilihatnya.
“Sini, Vi! Temenin aku!”
Key sudah berbaring di atas rumput taman belakang waktu dia teriak memanggil aku.
“Kamu tahu, Vi? Aku bener-bener kangen. Kita yang selalu berantem buat nyiapin sarapan, kita yang ribut gara-gara sabun cair dan sabun batang, yang nggak pernah bisa kompak kalo main bakiak…”
Key menarik nafas panjang. Dan berusaha melanjutkan ceritanya,
“Selalu protes kalau aku nggak bangunin dia pagi-pagi. Teriak-teriak kalau dasi nya kusut, dia yang nggak mau makan kalo suapan pertama bukan aku yang nyuapin, nggak mau tidur kalo aku belum tidur…”
Suara Key semakin pelan. Aku tahu hatinya sedang penuh gejolak. Membendung luapan sedih yang di pendamnya sendiri. Aku biarkan dia menangis.
“Baru sebulan, Vi.. Baru sebulan aku ngerasain itu.. Dan sekarang semua nya udah nggak ada lagi…”
Pilu hatiku mendengar Key. Dia berbaring disebelahku, begitu dekat aku merasakan rintihannya. Tapi sama sekali aku nggak berani menatap dia.
“Key…”
“Aku nggak bisa ngebayangin, gimana sakitnya Mas Yoyo waktu itu. Terbakar di dalam mobilnya, terjebak, nggak bisa lari dan pergi.. Dia terbakar hidup-hidup, Vi!!”
Suara Key yang awalnya pelan mulai meninggi. Suara rapuh yang dipaksakan keluar untuk meringankan jeritan hati di dalam.
“Subagja sialan! Kurang ajar! Bisa-bisanya dia ngerencain hal itu buat bunuh suamiku! Apa urusannya dia sama Mas Yoyo?! Karena aku nolak dia dan nikah sama Mas Yoyo?! Karena dia dipecat gara-gara skandal sex nya kebongkar sama Mas Yoyo dan akhirnya dia kehilangan semua jabatannya?! Gitu?!! Arrrghhh! Setan!!”
“Dan sekarang, dia tetep bisa ketawa walaupun di penjara! Kayaknya dia bahagia banget. Atau jangan-jangan dia tikus? Makanya seneng banget bisa balik ke penjara sempit nya yang bau itu..?”
Sunyi. Tak ada satu kata pun yang melanjutkan kata-kata Key barusan.
“Dia puas, Vi! Dia Puas!!”
Tiba-tiba Key menjerit. Keras! Jeritan yang mampu merobek hati tiap orang yang mendengar. Jertitan emosi di balut luka yang mendalam. Key semakin tak terkendali.
Aku peluk erat tubuh ringkih Key. Tubuhnya gemetar. Nafasnya putus-putus.
Tak ada pertahanan sama sekali. Tubuhnya mulai melemah, tertarik oleh medan pilu batinnya yang tak tertolong .
Baru sebulan lalu aku hadir dan berfoto di acara pernikahan Key. Tapi sebelum ada koma, semuanya sudah diakhiri dengan titik. 3 hari lalu, Yoyo, suami Key, meninggal. Entah bagaimana ceritanya, mobil Yoyo terbakar ketika di perjalanan. Di tengah kepanikan dan sebelum sempat menyelamatkan diri, api sudah lebih dulu berkuasa.
Hal ini jelas direncanakan, karena setelah di selidik, banyak keganjilan di tangki bensin yang bocor dan mesin mobil yang akhirnya menimbulkan percikan api. Sehari setelahnya, tanpa penyangkalan dan pembelaan berbelit-belit, Subagja bersedia di tangkap.
Aneh kan?
“Key.. Relain semuanya.. Mas Yoyo udah dapetin tempat yang terbaik..”
Setengah jam kemudia, tangis Key reda. Bermata sembab, dia sempat tersenyum.
“Di hari ketika aku masih bisa ngeliat senyumnya, nyapa dia di pagi hari, saat dia masih bisa bercanda dan ketawa sama aku.. Sekarang dia pergi.. nggak akan kembali.”
Key mulai bisa mengendalikan dirinya. Dan kali ini, seorang Keyza Nirmala yang hampir tenggelam berusaha tegar dan berdiri di atas kepingan penyangga jiwa yang retak.
“Kalau dia sedih ngeliat aku nangis, aku akan hapus tangis ku, asalkan dia bahagia. Dan sekarang, ketika dia udah di sisi-Nya, aku pengen..dia bisa tetep tersenyum bahagia disana...”



“ Bilakah kau bersedih bila ku menagis, kan ku hapus tangis mu asalkan kau bahagia. Dan bilakah kini kau tlah disisinya.. ku harap disana kau tetap selalu tersenyum ceria…”
Ran – Lagu untuk Riri

2 comments:

  1. Fiuuhhh...
    d a l e m... menyentuh...
    eum...wkt nulis lg melo ya...?

    aku ga tau sastra...
    Tp ga peduli..., aku suka saat 'soul' ku tersentuh...

    ReplyDelete
  2. kk... ayo menulis! apapun itu.. jgn biarkan blog mu kosong yah :)

    ReplyDelete

Hello there, question/comment/suggestion/feedback are welcomed. Please feel free to get in touch with me through my instagram/twitter/email account ;)

My Blog List