Semarang Short Trip
Kalo punya waktu main di Semarang satu hari aja, bisa ngapain?
Punya slot waktu dan area main yang terbatas itu
kadang greget banget. Tapi percayalah, gregetnya bakal lebih gila kalo BM-nya
kesampean semua. Jadi, let’s go
Buatmu yang
punya waktu jalan dan area main yang terbatas, hanya di Semarang kota-nya aja,
this itinerary is made for you.
Kami ambil flight paling pagi dari Jakarta ke
Semarang demi keabsahan Mandi di Jakarta
– Sarapan di Semarang. Sebelum jam 7 pagi kami sudah duduk manis di dalam grab
menuju Nasi Ayam Bu Nyoto.
Nasi Ayam Bu
Nyoto
Kami datang duluan sebelum Bu Nyoto gelar warung. ‘Pasti ada hikmahnya’
memang benar adanya: kami bebas dari masalah cari tempat duduk. FYI, saking
legendarisnya, cari kursi kosong di Nasi Ayam Bu Nyoto ini cukup PR. Pembeli
yang datang mesti sabar nungguin orang lain selesai makan supaya bisa gantian
duduk dan makan proper.
Setengah porsi dengan tambahan sate telur puyuh,
kerupuk, dan air mineral gelas cukup 12 ribu aja
Teman saya bilang kalau nasi ayam terenak di Semarang ya Bu Nyoto ini.
Tapi menurut saya, yang bikin istimewa adalah ambience-nya
itu sendiri, juga makanan yang disajikan ketika panas-panas, dan ada banyak
banget pilihan lauk di depan mata yang bisa diambil cukup pake voice command,
“Mbak, mau sate telur puyuh. Mas, tolong tempenya dong.”
Kota Lama
Semarang
Pagi
itu, Kota Lama Semarang hanya ditempuh selama 15 menitan aja dari Bu Nyoto.
Kota Lama Semarang adalah kawasan bangunan tua mirip Braga di Bandung atau Kota
Tua di Jakarta.
Apa
yang bisa dilakuin di Kota Lama? Jalan – foto – jalan – foto – jalan, gitu aja
terus sampe cape.
Untuk yang gabut dan pengen ngadem, ada 3D Trick Art Museum dan DMZ (Dream Museum Zone) di kawasan Kota Lama. Berhubung saya nggak gabut dan nggak butuh ngadem, setelah jalan keliling Kota Lama, saya duduk-duduk di depan Semarang Kreatif Galeri sambil nunggu warung kopi incaran saya buka.
Tekodeko
Koffiehuis
Kedai kopi incaran saya di kawasan Kota Lama adalah
Tekodeko Koffiehuis. Dari hasil ngepoin beberapa sumber terpercaya, katanya sih
tempat ini ok. Masa?
Tekodeko Koffiehouis buka jam 10.00
Kenapa namanya tekodeko?
Karena main decorationnya pake teko, jadi teko – deco.
Baiklah.
Seperti biasa, saya pesan Iced Matcha Latte dan
Mitla pesan kopi beneran, Espresso dan segelas manual brewing yang entah apa
namanya - lupa.
Saya nggak cerita soal kopi ya karena saya nggak
minum kopi; komennya Mitla sih, “(lu)mayan.”
But, the matcha latte got me into something interesting.
Menurut saya matcha lattenya encer. Yes, encer. Tapi
nggak kehilangan tastenya.
Rasanya tetep autentik matcha (or green tea), yang
nggak manis, yang punya kelas, yang rasanya tetap kental dalam minuman encer. Quite
nice.
Outdoor space di lantai 2
Overall tempat ini menyenangkan, punya minuman ok, lokasi strategis, interior yang cantik, dan harganya nggak mahal.
Hal lain yang saya suka adalah: toiletnya bersih.
Hahaha.
Entah kenapa tempat-tempat dengan kualitas toilet
bersih dan menyenangakan selalu jadi poin plus buat saya. Simple sih, dari
situ, at least, kita bisa tau bagaimana mereka memperlakukan makanan dan
minuman kita.
Lawang Sewu
Kenapa ke Lawang Sewu?
Karena belum ke Semarang kalo belum ke Lawang Sewu.
Yaudah, yuk.
Saya nggak cerita panjang soal Lawang Sewu ya;
googling aja, sejarahnya lengkap.
Tiket masuk per orang cukup murah, Rp 10.000,- saja. Satu-satunya yang bikin saya amazed adalah kaca bermotif segede gaban yang ada di dalam gedung.
Dear future
husband, someday kita punya rumah besar, aku mau tembok berkaca sebagus ini.
Leker PAIMO
Segera setelah project siang kami di Semarang selesai, saya dan beberapa teman lanjut cari cemilan ke Leker Paimo. Leker Paimo punya 2 lokasi, di depan SMA Kolese Loyola Jl. Karang Anyar dan di Jl. Ki Mangunsarkoro (di dekat Klenteng Tri Noto Buko Buwono).
Segera setelah project siang kami di Semarang selesai, saya dan beberapa teman lanjut cari cemilan ke Leker Paimo. Leker Paimo punya 2 lokasi, di depan SMA Kolese Loyola Jl. Karang Anyar dan di Jl. Ki Mangunsarkoro (di dekat Klenteng Tri Noto Buko Buwono).
Apa bedanya? Yang nugas di Ki Mangunsarkoro adalah
Paimo dan di depan Kolese Loyola adalah Paimi, istrinya Paimo. Udah itu aja,
selebihnya sama.
Kalo aku jadi
Paimo, kamu jadi apa?
Paimi.
“Makan sini tak bikinin yang paling enak.”
“Apa bedanya?”
“Oooo rahasia.”
Master of Leker
I tell you the secret:
Leker paling enak dimakan waktu panas. Setelah
dibungkus dan didiamkan beberapa waktu, jadi biasa aja. Emang udah paling bener
makan leker langsung di tempat aja.
Harga leker paimo bervariasi mulai Rp 4,000- sampai Rp 20,000,-an tergantung isi leker.
Toko Oen
Because there’s
always room for ice cream.
Selain di Malang, Toko Oen juga ada di Semarang.
Nama tokonya agak ngumpet
Yang bikin Toko Oen menarik adalah nama legendarisnya.
Karena saya nggak terlalu peka sama ice cream, jadi ya, rasa ice creamnya kayak
... ice cream.
Loenpia Mbak
Lien
Berhubung lunpia (atau lumpia) ini ada di dekat
Toko Oen, dan berhubung ‘nggak ke Semarang kalo nggak makan Lumpia’, jadi
yaudah mampirin aja.
Karakteristik lumpia Semarang adalah rasanya manis.
Kalo nggak suka atau nggak terlalu suka manis, belinya jangan banyak-banyak.
Jalan di Semarang sore itu ditutup dengan belanja
Bandeng Juwana. Berhubung kami adalah manusia yang penuh dengan ke-BM-an, dari Semarang kami langsung lanjut
ke Magelang untuk besok pagi-pagi sekali kejar sunrise di Borobudur (read this: BorobudurSunrise) dan main di Jogja sebelum pulang ke Jakarta sore hari.
Viani, itu
itinerary 75% isinya makanan.
Ya kalo jalan harus adil; jiwamu butuh nutrisi,
badanmu juga, karena pura-pura bahagia itu butuh banyak tenaga.
LOL! Why so serious?!
Selamat jalan-jalan, yah! ;)
No comments:
Post a Comment
Hello there, question/comment/suggestion/feedback are welcomed. Please feel free to get in touch with me through my instagram/twitter/email account ;)