Seragam, Bukan Satu

Kalo udah bingung banget, pura-pura bodoh gapapa kok.
Nanti juga bakal ada yang pura-pura pintar 

Terpujilah manusia yang jago bikin pendahuluan.
Sampai dengan baris ke empat, saya masih bingung mau tulis apa.
Di samping saya sekotak Susu Ultra Full Cream.
Diminum dengan harapan jadi pintar dan bisa kembali nulis.

Oktober 2017
Ada yang begitu mengimani pikirannya sendiri;
ada yang begitu malas menjelaskan;
dan ribuan menit demi menjadikannya satu.

Oktober terasa panjang.
Terlalu panjang sampai dinding kamar saya dipenuhi tempelan quotes.
Nyambungnya dimana?
Ya nggak nyambung sih.

Pada akhirnya ketika menyusun puzzle, kita akan menyadari; serupa adalah tanda bahaya.

Seperti Ibu yang nggak akan berhenti teriak sebelum anaknya ambil wudhu di waktu Subuh.
Atau wajah sedih Bapak menghadapi anaknya yang penuh alasan dan sulit patuh.
Barangkali Ibu nggak akan pernah berhenti teriak,
dan Bapak akan selalu berwajah sedih;
Pak, Bu, anakmu jagoan, dan keterlaluan.

Karena puzzle hanya disusun dari kepingan yang berbeda.
Dua manusia serupa dalam semua,
memaksa berbagi tempat,
dalam satu puzzle yang sama.

Beli Indomie dimana ya?
Di Puncak.
Yuk.

Bangun kesiangan?
Dua kepingan sama,
dibuat untuk mengisi puzzle yang berbeda.

Sudah mandi?

Kita seragam; bukan satu.

No comments:

Post a Comment

Hello there, question/comment/suggestion/feedback are welcomed. Please feel free to get in touch with me through my instagram/twitter/email account ;)

My Blog List