Kangen
Kau meninabobokan aku. Membawaku hanyut dalam untaian mimpi penuh warna. Kau ceritakan aku euforia indah kehidupan. Membawa ku dalam tiap kisahmu, hingga aku menjadi alur ceritamu. Dan aku menikmati itu. Menikmati itu semua dan berharap satu detakan waktu takkan membangunkanku.
“Aku kangen mama..” Lidahku berucap tanpa perintah. Dan sepakat, air mata ini menetes pelan dan mengalir di pipiku.
Mama. Sosok wanita yang harusnya paling aku sayang, yang harusnya ada dalam pergantian waktu ku beranjak dewasa, yang seharusnya mengurusku, kini tak tahu ada dimana. Papa mama sering bertengkar. Dan intensitas bertengkar mereka meningkat sejak papa mulai bangkrut. Mereka bertengkar, berteriak, saling menarik otot, berpersepsi demi alibi, seperti tak akan pernah terucap kata sepakat. Esok harinya mama pergi entah kemana, tak ada kabar hingga hari ini.
Mereka terlalu fasih mengucap kata ‘sayang’, sampai-sampai tak ada makna berarti lagi yang dapat ku tangkap dari rangkaian huruf-huruf itu. Bagiku sekarang, kata ‘sayang’ hanyalah basa-basi, kata tanpa isi yang tak berbobot. Ah..aku benci mengingatnya.
Jam dinding di kamar menunjukkan pukul 01.30 pagi. Hingga detik ini, mataku belum mau menutup, seakan ada batang korek mengganjal dan tak bisa di lepas.
Ku buka selimutku, bangun dari tempat tidur, dan buka pintu. Sepi. Rumah ini memang selalu sepi. Aku berjalan menuju teras.
Baru sampai di ruang tamu, mataku lekat menatap seseorang tertidur pulas di kursi kayu tua sebelah pojok ruang tamu. Lelaki itu tak asing bagiku. Hasil perasan keringatnya yang selama ini membesarkan aku
Sebelumnya aku tak pernah selekat ini menatapnya. Aku tak pernah peduli, tak mau peduli, menjadi brutal dan tak terkendali semenjak keluarga ini pecah.
Aku segera berlalu dari tempat itu. Duduk di teras dan bongkar semua isi hati. Hati ku menghentak dan teriak. Hati ini hampa, lenyap, dan mulai binasa. Aku mencoba menariknya, tapi terhembus lalu terlepas. Hati ini sulit ku kendalikan.
Lirih gerutu ini, “Mereka anggap apa aku?”
Mungkin aku terlalu cengeng, tak siap dengan kuatnya ombak yang selama setengah tahun ini menerjang dan mengikis ku sedikit demi sedikit, hingga yang tersisa saat ini hanya tinggal kepingan kecil yang rapuh dan hampir roboh.
Terakhir, sebelum mama pergi, aku berteriak ‘aku benci mama!’dan yang ku tahu mama menangis. Dalam diam aku tak peduli lagi. Mama egois! Sebelas – dua belas dengan papa. Mama pergi, dan saat itu kulihat sebuah sedan mewah menantinya di depan rumah.
Semenjak kejadian itu, aku dan papa sama sekali tak pernah membicarakan mama. Kami sama-sama tahu, itu hanya akan membuka kembali luka yang susah payah kami kubur.
Angin malam mulai masuk ke tubuhku. Menyelinap lewat celah pori dan akhirnya dingin ini menusuk tulangku.
Di saksikan oleh semesta malam, aku menangis. Aku lepaskan tangisan ku. Satu hal yang baru kusadari, aku tak bisa membenci mama ataupun papa. Seringkih apapun jiwa ku saat ini, aku tetap sayang mereka. Dan saat ini, ku rasakan benar bisikan lirih yang ingin di dengar, rintihan hati yang tertunduk pilu entah karena malu atau rindu, aku kangen mama…
Dingin semakin menjadi. Aku putuskan kembali ke kamar. Sejenak aku mematung di depan papa yang tertidur pulas di kursi kayu itu. Aku cium kening papa. Dan gejolak itu kembali muncul. Linangan Air mata ini mulai mengalir. Sebelum semakin menjadi dan tak terbendung, aku beranjak dari diam ku.
Sengaja matikan lampu kamar, tutup pintu, dan rebahkan tubuh di atas kasur kapuk.
Hatiku mulai tenang, gejolak itu mulai berlalu, lepas, dan tak lagi penuh emosi. Malam ini aku ingin mama disini. Aku sungguh kangen mama.
Sisa air mata tadi belum selesai menetes. Setetes..setetes..dan setetes lagi. Aku mencoba redam semua nya. Pejamkan mata dan berharap semua akan membaik.
Ketika mata ini terpejam, aku merasa dekat dengan mama..
Aku terlelap dan semakin dapat rasakan semua nya.
Kau meninabobokan aku. Membawaku hanyut dalam untaian mimpi penuh warna. Kau ceritakan aku euforia indah kehidupan. Membawa ku dalam tiap kisahmu, hingga aku menjadi alur ceritamu. Dan aku menikmati itu. Menikmati itu semua dan berharap satu detakan waktu takkan membangunkanku.
derry belum baca semuanya vi,..
ReplyDeletemaab ya,..
derry siang nie lg BT,.. jd males baca yang panjang-panjang tulisannya,..
Hhe,..
maab yia,..
tp lain x derry baca lagi deh,..