kangen kampung
Aku kangen kota ini.
Kota dimana aku ngelihat dunia untuk pertama kali. Kota yang jadi sebuah pendahuluan dalam narasi hidupku. Memberikan aku banyak kenangan yang tersimpul indah dan nggak akan kusam seiring mengalir nya waktu.
Sebuah kota kecil di tengah Provinsi Lampung, Metro.
Di seberang lapangan sana ada bangunan bercat putih dan kusen kayu berwarna biru. Itu SD ku dulu. Bekal pertama hidupku, warna-warni masa kecilku, tempat aku meletakkan sebagian kecil mozaik hidupku.
Bangunan itu nggak banyak berubah, tapi jelas sekarang jauh lebih bagus daripada dulu.
Lapangan besar yang tepat ada di depan ku, seperti nggak mau kalah menggali ingatan ku kembali ke 6 sampai 7 tahun ke belakang.
Aku bersiap. Memegang kencang pemukul kasti sambil menajamkan fokus mataku ke arah bola. Bola itu datang! Aku ayunkan pemukul sekuat-kuatnya hingga bola itu melambung jauh. Teman-teman di tim lain berlari-lari mengejar bola.
Aku menyunggingkan senyum, dan segera berlari hingga akhirnya kembali ke tempat semula.
Semua teriak. Senang. Tertawa bersama sambil lompat-lompat kecil.
Bahagia nya sama seperti menang hadiah undian mungkin.
Aku merasakan semua itu. Dan rasa-rasanya baru kemarin itu terjadi..
Ada satu hal menarik disini. Dulu, di bawah pohon tempat ku berdiri sekarang, ada bangku kayu panjang. Bangku itu seperti diary alam yang mau nggak nggak pernah mengeluh menampung semua isi hati aku dan teman-teman. Banyak coretan-coretan kita di bangku itu. Misalnya, ‘Viani love mbee’, ‘3 girls x siempre’ atau ‘STW.. santei waeee’ , dan masih banyak banget yang lainnya.. Sayang bangku itu sudah nggak ada sekarang.
Tapi, pohon jarak ini, masih berdiri kokoh disini. Aku yakin pohon ini senyum ngeliat aku balik kesini. Aku bernostalgia bareng pohon jarak, menikmati sore sambil membuka kotak kenangan di indah masa kecil sebelum akhirnya aku pergi meninggalkan kota ini.
Kota ini masih kaya dulu, cantik, nggak agresif, tapi dinamis.
Tempat aku pertama kali bermimpi, pertama kali berangan-angan. Sejauh apapun pergi, aku akan junjung tempat ini. Ini bagian dari jiwaku, separuh hidupku, yang menyimpan banyak kisah dalam perjalananku.
Lagi, aku tatap semuanya. Dan aku tau, aku sangat cinta kota ini. Tempat dimana matahari masih ramah menyapa, bulan masih mau tertawa, dan angin sepoi yang bertiup tanpa marah.
Aku melangkah pelan, diiringi hujan bunga yang berjatuhan dari pohon flamboyan dan kilauan matahari senja.
Ku tatap sekali lagi, aku akan merindukan kota ini..
Kota dimana aku ngelihat dunia untuk pertama kali. Kota yang jadi sebuah pendahuluan dalam narasi hidupku. Memberikan aku banyak kenangan yang tersimpul indah dan nggak akan kusam seiring mengalir nya waktu.
Sebuah kota kecil di tengah Provinsi Lampung, Metro.
Di seberang lapangan sana ada bangunan bercat putih dan kusen kayu berwarna biru. Itu SD ku dulu. Bekal pertama hidupku, warna-warni masa kecilku, tempat aku meletakkan sebagian kecil mozaik hidupku.
Bangunan itu nggak banyak berubah, tapi jelas sekarang jauh lebih bagus daripada dulu.
Lapangan besar yang tepat ada di depan ku, seperti nggak mau kalah menggali ingatan ku kembali ke 6 sampai 7 tahun ke belakang.
Aku bersiap. Memegang kencang pemukul kasti sambil menajamkan fokus mataku ke arah bola. Bola itu datang! Aku ayunkan pemukul sekuat-kuatnya hingga bola itu melambung jauh. Teman-teman di tim lain berlari-lari mengejar bola.
Aku menyunggingkan senyum, dan segera berlari hingga akhirnya kembali ke tempat semula.
Semua teriak. Senang. Tertawa bersama sambil lompat-lompat kecil.
Bahagia nya sama seperti menang hadiah undian mungkin.
Aku merasakan semua itu. Dan rasa-rasanya baru kemarin itu terjadi..
Ada satu hal menarik disini. Dulu, di bawah pohon tempat ku berdiri sekarang, ada bangku kayu panjang. Bangku itu seperti diary alam yang mau nggak nggak pernah mengeluh menampung semua isi hati aku dan teman-teman. Banyak coretan-coretan kita di bangku itu. Misalnya, ‘Viani love mbee’, ‘3 girls x siempre’ atau ‘STW.. santei waeee’ , dan masih banyak banget yang lainnya.. Sayang bangku itu sudah nggak ada sekarang.
Tapi, pohon jarak ini, masih berdiri kokoh disini. Aku yakin pohon ini senyum ngeliat aku balik kesini. Aku bernostalgia bareng pohon jarak, menikmati sore sambil membuka kotak kenangan di indah masa kecil sebelum akhirnya aku pergi meninggalkan kota ini.
Kota ini masih kaya dulu, cantik, nggak agresif, tapi dinamis.
Tempat aku pertama kali bermimpi, pertama kali berangan-angan. Sejauh apapun pergi, aku akan junjung tempat ini. Ini bagian dari jiwaku, separuh hidupku, yang menyimpan banyak kisah dalam perjalananku.
Lagi, aku tatap semuanya. Dan aku tau, aku sangat cinta kota ini. Tempat dimana matahari masih ramah menyapa, bulan masih mau tertawa, dan angin sepoi yang bertiup tanpa marah.
Aku melangkah pelan, diiringi hujan bunga yang berjatuhan dari pohon flamboyan dan kilauan matahari senja.
Ku tatap sekali lagi, aku akan merindukan kota ini..
No comments:
Post a Comment
Hello there, question/comment/suggestion/feedback are welcomed. Please feel free to get in touch with me through my instagram/twitter/email account ;)