#ngabisinkopi
Perkara kopi belum habis.
Pernah kuatir berlebihan akan masa depan?
Berkali-kali mengingatkan diri sendiri untuk nggak mikirin hal-hal di luar kontrol tapi berkali-kali juga dilanggar. Awalnya tanpa sadar, selanjutnya dengan sadar dan kelewatan.
Ngomong-ngomong, jatuh cinta seindah itu ya.
Tatapan mata dan senyum manusia kasmaran itu kadang juga obat buat sekitar.
Kemungkinan besar tulisan ini muncul sebagai akibat kebanyakan nonton Pamungkas sepanggung bareng Cantika Abigail di masa mereka masih pacaran.
Menyambung itu, salah satu patah hati terbesar adalah saat hubungan yang terasa seru banget, terasa akan selalu seru, nyatanya nggak bisa lanjut lebih jauh. Kayak, ada aja sesuatu yang terlalu nggak bisa cocok saat terlalu cocok. Eh, ngerti kan?
Barangkali memang kita semua diberi masa pernah sebodoh itu mencintai orang, pernah senggak mau itu percaya sama kata hati sendiri, pernah sekeras kepala itu memperjuangkan yang diri sendiri (kira-kira) tau bakal seperti apa pada akhirnya; sebelum ketemu muaranya dimana.
Kopi kekentelan nih kayanya.
Ya gitu sih.
Tiba-tiba ya gitu sih.
Terjebak sama topik intermezzo. Emang Pamungkas nggak bisa dilawan.
Paragraf di atas beloknya kejauhan, tapi putar balik juga ngabisin energinya kebanyakan.
Kondisi beberapa waktu ini agak kurang bersahabat. Tidur larut dan kopi yang nggak pernah absen mulai jadi kebiasaan. Banyaknya cari duit, selebihnya cari ruang, katanya.
Ada kalanya manusia butuh ruang. Nggak sih, manusia sewajarnya butuh ruang; ruang untuk tumbuh, selain untuk pulang. Ya walaupun nggak semua orang diberkahi privilege untuk menciptakan ruang.
Di sisi lain kita semua punya pilihan, toh. Atau sempat punya pilihan.
Semoga yang terlambat hanya jadwal penerbangan maskapai itu aja ya, kita nggak.
Duh, ga masuk lagi.
Kentang tapi kopi habis.
No comments:
Post a Comment
Hello there, question/comment/suggestion/feedback are welcomed. Please feel free to get in touch with me through my instagram/twitter/email account ;)