Quite Another Matter
Entah cuma saya atau semua orang
pernah ngerasain hal yang sama;
barangkali tanpa sadar,
kita menitipkan sejumlah tertentu energi di beberapa hal dalam hidup. Dan
barangkali yang sering terjadi adalah, kita menitipkan terlalu banyak energi
pada satu hal.
Beberapa
waktu terakhir saya benar-benar merasa kehilangan energi sampai buat nulis pun
nggak bisa. Ada begitu banyak bahan, tapi seketika nggak tau gimana caranya
cerita, nggak tau apa yang mesti ditulis, merasa ‘basi banget sih’
bahkan sebelum jadi satu paragraf pendek.
Di suatu kondisi,
energimu bisa sangat besar.
Sedang
dilain kondisi, kamu
benar-benar bisa kehilangan energi.
Jangan sekalipun
menitipkan energi hidupmu tanpa komposisi.
Kita
terlalu sibuk cari obat; kita telat sadar bahwa peracik obat spesialis itu
adalah diri kita sendiri. Karena pada akhirnya, kita sendiri yang paling tau
kemana energi itu mengalir, dalam wujud apa energi itu berubah bentuk, dan
gimana cara mendapatkannya kembali.
Saya
sering ceroboh menitipkan
sejumlah besar energi
kepada spesifik orang atau sesuatu. Dan yang baru saya sadari, saya benar-benar hanya menitipkan
sejumlah kecil pada
sahabat, mimpi, hobi, dan banyak hal lain yang lebih layak mendapat porsi.
Dan saya benar-benar salah.
Bagilah.
Atau
carilah pembagi lain.
Jangan
titipkan terlalu banyak.
Bagaimanapun
kamu mengaku tidak tau, hatimu sebenarnya selalu tau.
Malam
minggu lalu saya sengaja ketemu dengan 2 sahabat sejak SMA.
Satu-satunya
alasan ketemu adalah kangen; setelah ketemu ternyata lebih dari itu.
Mereka cukup menyembuhkan dengan cara mereka sendiri; di saat
saya berpikir nggak akan ada cara, kecuali waktu.
Lagi-lagi
saya salah.
Selamanya
mereka nggak akan bisa memberi hujan
- tapi mereka seolah menuntun
pada oase.
Entah benar mereka menuntun menuju oase atau tubuh saya yang sudah
sedemikian luka sehingga pertolongan sekecil apapun terasa sangat membantu dan
meringankan sakit.
I couldn’t ask
for a better BFTID.
***
Ngomong-ngomong,
saya punya calon hobi baru:
ngeliatin
pantulan di kaca jendela mobil travel Bandung – Jakarta (dan sebaliknya) dari
lampu-lampu yang dipasang memanjang di dinding pembatas pekerjaan jalan
sepanjang tol Jakarta Cikampek.
Harus
banget dari pantulan karena rasanya beneran beda.
***
P.S.
Barangkali akan selalu ada orang yang menjadikan beberapa pernyataan di atas
sebagai bahan pembicaraan, bukti untuk entah membuktikan apa, atau dasar kuat
untuk membenarkan pemikiran mereka.
Ya nggak apa-apa juga
sih.
Semua orang berhak
berpikir ala dirinya sendiri dan saya pun punya hak untuk mengutarakan sesuatu
sebagaimana saya ingin - tanpa harus disertai latar belakang dan detail
permasalahan, maybe you call it 5W1H. Saya begitu malas menjelaskan. Dan yang
paling iseng, saya suka nontonin orang menilai saya sebagaimana mereka pikir,
sampai mereka kesal dan gelisah karena pikiran yang dibuatnya sendiri; dan
di waktu itu saya akan ambil kopi, duduk di kursi malas, sambil menunggu mereka
sadar dan bilang,
“jangan ganggu hidup gue
lagi.”
Dan saya cukup bilang,
“lah,” bisa diucapkan atau cukup dalam hati.
Sambil senyum keren.
Selamat bobo.
No comments:
Post a Comment
Hello there, question/comment/suggestion/feedback are welcomed. Please feel free to get in touch with me through my instagram/twitter/email account ;)