Teluk Kiluan; a Beautiful Sacrifice
Waktu
kamu merasa hebat;
Waktu itu bulan setengah.
Di atas laut cahaya remang.
Peris seperti lampu panggung redup,
dengan backgorund jajaran bukit,
dan kilatan petir sesekali.
Ada perahu lewat di bawah bulan.
Perahu yang pelan-pelan kelihatan wujudnya,
hilang lagi setelah jauh dari bulan.
***
***
Emang kali kurang research, saya beneran nggak tau kalo lokasi teluk kiluan dan laguna ternyata berada di sisi bukit yang bersebrangan. Jadi kalo dari sisi teluk kiluan, kita perlu nyebrang 1 bukit untuk sampai di laguna. Tapi ok, masalahnya bukan itu. Satu-satunya sendal yang saya bawa beneran nggak proper buat naik turun bukit. Beruntung Bapak selalu sedia sendal Swallow yang biarpun kegedean buat saya tapi tetap lebih proper dari sendal sebelumnya. Terima kasih, Bapak.
Kanan kiri jalan menuju laguna dipenuhi sama kebun warga, kebanyakan ditanami pohon coklat. Suara hewan liar juga masih cukup rame, mulai dari tonggeret, burung sampe monyet liar.
***
***
dibawa
ketengah laut naik perahu slim fit seukuran manusia duduk, dengan mesin kapal
setara mesin Honda Beat, di laut yang airnya dengan cepat berubah warna dari
hijau - biru - biru pekat - lalu hitam samar-samar.
Dan suatu ketika di tengah perjalanan mesin kapalmu mati. Dan dalam
beberapa waktu kamu terombang-ambing di tengah laut berair hitam samar-samar. Seketika kamu
merasa sekecil debu pun nggak.
Teluk
Kiluan yang Disemogakan
Sudah
punya rencana sejak 2 - 3 tahun lalu tapi baru kejadian. Dan setelah kesana,
akhirnya saya ngerti kenapa begitu lama Tuhan menunda realisasi rencana saya,
hahaha.
Effortnya
luar biasa banget. Parah! Mungkin Tuhan bermaksud menguatkan niat dan hati saya
sehingga gimanapun sulit dan terjal jalan yang harus ditempuh, saya tetap
semangat dan nggak menyesal.
Iya, ini lebay.
Perjalanan saya dimulai dari Metro. Berangkat kira-kira setengah 8 pagi dan
sampai di Kiluan kurang lebih jam 3 sore. Jalanan pada waktu itu cukup padat
dan banyak macet, secara hari itu masih hari ketiga lebaran dimana orang sibuk keluar silaturahmi dan jalan-jalan.
Metro
sendiri jaraknya kurang lebih 1.5 - 2 jam dari Bandar Lampung. Jadi bisa
dikira-kira sendiri ya waktu tempuh dari Bandar Lampung ke Kiluan.
Sejujurnya
perjalanan dari Bandar Lampung ke Kiluan menyenangkan. Banyak pantai di kiri
jalan dan jajaran bukit di bagian kanan; pokoknya seger buat diliat.
Satu-satunya yang peer adalah kualitas jalan yang “kece gila”, banyak bonus dadakan
yang bikin tiba-tiba ngerem atau disko di dalem mobil.
Setelah
berkali-kali ngerasa, “Kok ga nyampe-nyampe,” jelang perbatasan Kabupaten
Pesawaran dengan Kabupaten Tanggamus mendadak jalanan jadi seru banget. Yang
tidur jadi melek, yang melek deg-degan. Well, ok, saya pikir ini klimaksnya,
kita offroad!
Swear
God jangan coba-coba pake mobil dengan ground clearance lebih pendek dari duo
Xenia atau Avanza. Serius, sumpah, apapun, super super peer! Kualitas jalan
offroad dengan trek naik turun, dan kebanyakan wisatawan melaluinya pake jenis
mobil keluarga sebagaimana dipake di jalan perkotaan, itu kayak lebih ke pasrah
dan nekat sih. Secara udah nempuh perjalanan sejauh itu, udah ga mungkin
kepikir putar balik dan pulang, setengah mati juga keles buat putar balik di
jalan model begitu, jadi satu-satunya pilihan adalah lanjutin aja.
Dibalik seluruh kesusahan dan samar-samar bau kopling, aku loh sorak-sorak
girang di dalem hati! Serunya paraaah! Ya sambil was-was takut mobil nyangkut,
atau ban kegesek jalan tajem terus bocor, atau mobil kepater karena batunya
astagfirullah, dan macem-macem.
Nggak
usah buru-buru, kalem aja bawa mobilnya karena jalan offroad yang harus dilalui
kira-kira 3 KM jauhnya. Awet-awet kopling sama rem, jalan masih panjang.
Bakal
ada gapura perbatasan wilayah yang menyambut tamu di ujung jalan offroad. Yak,
gapura itu jadi penanda kalau kita sudah mulai masuk Kabupaten Tanggamus,
dimana jarak ke Teluk Kiluan kurang lebih tinggal 15 menit aja. Dunia
bener-bener berubah setelah lewat gapura perbatasan, dan percayalah, mobilmu
pasti satu-satunya yang paling girang. Nemu jalan bagus! Jalan beton yang rapi
dan tanpa putus bakal ditemui sampe titik Teluk Kiluan.
Batas antara jalan bagus dan jalan super jelek
Emang
pada dasarnya kuat-kuatan ego dan kepentingan itu lebih banyak mudhorotnya.
Cerita punya cerita, jalan menuju Kiluan adalah bagian dari Kabuaten Pesawaran
sedangkan Teluk Kiluannya sendiri bagian dari Kabupaten Tanggamus. Dengan
begitu, barangkali, selama masing-masing pihak cuma mikirin kepentingan dan
keuntungan sendiri-sendiri, jalan yang nggak mendukung nggak akan berubah
sampai kapanpun. To be honest, prasarana seburuk itu untuk Teluk Kiluan yang
disebut sebagai destinasi wisata unggulan cukup bikin patah hati.
***
And
after the long and windy road, we finally landed, safe and sound~
Hal
pertama yang bikin excited adalah cottage tempat kita nginep. Cottage
ini letaknya dipinggir pantai banget, punya 2 kamar tidur, 1 ruang fungsional
yang mostly kita pake buat makan, teras buat leyeh-leyeh, dan dermaga kecil
buat bengong.
Untuk
trip yang hanya butuh 2 kamar untuk menginap, cottage ini rasanya yang paling
bagus.
2 Hari di Teluk Kiluan
Saya
dan keluarga pake jasa travel agent untuk trip ke Kiluan. Biaya per orang Rp
500,000,- all in mulai
dari makan, cottage, pemandu, dan sewa kapal.
Kedatangan kita di hari pertama sekitar
jam 3 sore. Awanya, kita pengen
banget ke Pantai Gigi Hiu. Berdasarkan informasi
jarak pantai ini nggak terlalu jauh, waktu tempuh kurang lebih 1 jam pake ojek motor. Gausah nanya trek ya, kabarnya sih naik - turun bukit (besar firasat ini offroad lagi). Tapi loh ongkos ojeknya nggak main-main, PP 200 ribu/orang.
Saya dan keluarga total berjumlah 4 orang, jadi kalo beneran mau jalan kita
perlu ngeluarin total uang sebesar 800 ribu buat offroad sore-sore. Eh salah,
buat ojek kita berempat menuju Gigi Hiu. FYI, ongkos ojek exclude biaya trip
sebesar 500 ribu per orang.
Dengan
segala pertimbangan, diantaranya
ongkos mahal dan kondisi fisik Ibu Bapak yang nggak lagi memungkinkan buat offroad 2 kali sehari, Pantai Gigi Hiu kita ikhlaskan. Kita
prefer sama tawaran main di Pantai Pasir Putih yang kabarnya lebih dekat dan
bisa ditempuh pakai mobil. Beres istirahat dan leyeh-leyeh sekitar 1
jam, kita let’s go ke Pantai
Pasir Putih
Beberapa
saat kemudian dalam perjalanan menuju Pantai Pasir Putih, semobil kecuali Mas Rudi (pemandu): “Bener Mas ini jalannya?”
FYI,
jalan menuju Pantai Pasir Putih sama sekali nggak terlihat sebagai jalan kendaraan menuju tempat wisata pada umumnya.
Jalan yang dikanan kirinya masih
kebun dan sawah, bertanah berbatu, dan berujung sungai. JENG JENG.
Mas
Rudi: “Wah, sungainya kena longsor. Harusnya mobil bisa lewat sungai terus naik
kesitu,” sambil nunjuk sungai dan jalan tanah di seberang sungai. Fix nih patah hati
lagi.
Tapi Mas Rudi dengan baiknya nawarin alternatif
untuk lanjut perjalanan dengan jalan kaki.
Mobil gimana? “Tinggal disini aja, aman kok.”
Gimana, let’s go?
Pada akhirnya saya dan keluarga prefer balik ke
cottage. Ibu udah lemes duluan sebelum jalan dan Bapak nggak tenang ninggalin
mobil di tengah kebun.
Nggak sih nggak sedih, kan yang bikin bahagia kan
bukan kemana, tapi sama siapa. Cie gitu.
Sisa sore itu kita habiskan di cottage
aja; ngobrol-ngobrol, foto, liat sunset, dan makan duren. Nice!
Jadi
guys, secara umum, untuk bisa nikmatin semua spot di Teluk Kiluan, penting
untuk siapin fisik sebaik-baiknya. Dengan pertimbangan akses lokasi yang masih belum banyak diperhatikan, spot wisata Kiluan rasanya hanya bisa diubek-ubek pake 2 cara:
1. Pake ojek motor; bersedialah keluar uang lebih (lebihnya
banyaaak).
2. Pake kaki; bisa dapet semua spot, ga pake ongkos,
sekaligus bisa kurus.
***
Overall
makanan yang disajiin buat
kita selama di Kiluan enak-enak banget. Bisa jadi
laper, bisa jadi emang enak. Makan malam kita adalah nasi putih dan sayur sederhana
dengan lauk telur balado. Plus indomie goreng.
Alhamdulillah
punya teras cottage kece banget menghadap teluk. Di malam yang penuh nyamuk
lapar dan ganas, saya cuma selonjoran di kursi sambil mandangin bulan setengah;
tentunya setelah pake lotion anti nyamuk.
Penting banget dunia tau, 'pake lotion anti nyamuk!' Waktu itu bulan setengah.
Di atas laut cahaya remang.
Peris seperti lampu panggung redup,
dengan backgorund jajaran bukit,
dan kilatan petir sesekali.
Ada perahu lewat di bawah bulan.
Perahu yang pelan-pelan kelihatan wujudnya,
hilang lagi setelah jauh dari bulan.
***
Di jam 6 pagi kita mulai
pakai life jacket dan naik perahu. Untuk liat lumba-lumba, perahu wisatawan umumnya
berangkat pagi-pagi sekali dan balik sekitar jam 9–10 pagi.
Kenapa pagi banget?
Karena lumba-lumba banyak muncul
ke permukaan di waktu pagi.
Selebihnya simple aja sih,
kalo siang panas, cuy.
Perahu
yang dipake untuk liat lumba-lumba adalah perahu kecil, kira-kira kapasitas 5
orang termasuk Pak Perahu. Gampang aja sih, kalo kegedean bakal nggak lincah putar
sana sini ngikutin lumba-lumba.
Walaupun
naik perahu kecil, di awal keberangkatan sama sekali kita nggak worry karena di kanan kiri
banyak temennya. Hampir seluruh wisatawan jalan ke spot dolphin di jam 6 pagi.
Tapi pelan-pelan,
satu-satu perahu ambil jalannya masing-masing; ya kayak kita gitu, jalanku
bukan jalanmu.
Kebanyakan perahu jalan
melipir lewat sisi kiri sedang perahu saya anti mainstream, lewat jauh tengah
laut. Dan akhirnya sendirianlah perahu kita di tengah laut.
Ya serem tapi kan gengsi; waktu
air laut pelan-pelan berubah dari biru pekat jadi samar kehitaman, SERIUSAN GUE BACA AYAT KURSI! Dikata norak bodok
amat.
Mood mulai baikan setelah setengah jam kemudian samar-samar keliatan banyak perahu ngumpul di tengah laut, spot dolphin sudekat!
Nggak
lama puter-puter, dan wohooh! Lumba-lumba mulai muncul ke permukaan.
Parah! Liat
banyak lumba-lumba lompat bareng di samping perahu itu parah!
Oh God, hard to believe these cute creature even exist!!!
***
Sampe akhirnya mesin perahu mati di tengah
laut dan kita terombang-ambing.
Receh sih. Pada waktu itu beneran ngerasa kalo manusia receh banget.
Dikasih mesin mati ditengah laut aja panik.
Belom lagi kalo ada ikan besar iseng
nyundul-nyundul dari bawah air.
Sesungguhnya kita sekecil debu pun nggak.
Sesungguhnya kita sekecil debu pun nggak.
Di
jam 9.30 pagi kita sudah duduk
manis di cottage sambil
kelaperan. Syukurlah waktu yang
diperlukan buat nunggu sarapan datang nggak selama waktu buat nunggu kamu. Duh.
Nasi goreng dan telur mata sapi. Plus indomie goreng.
Oh my god, again!
Laguna Gayau
Tempat
kedua dan terakhir yang kita datangi di hari itu adalah Laguna Gayau. Waktu
tempuh dari titik pantai Kiluan ke Laguna sekitar 30 menit.
Jangan tanya naik apa karena nggak ada pilihan; pake kaki!
Emang kali kurang research, saya beneran nggak tau kalo lokasi teluk kiluan dan laguna ternyata berada di sisi bukit yang bersebrangan. Jadi kalo dari sisi teluk kiluan, kita perlu nyebrang 1 bukit untuk sampai di laguna. Tapi ok, masalahnya bukan itu. Satu-satunya sendal yang saya bawa beneran nggak proper buat naik turun bukit. Beruntung Bapak selalu sedia sendal Swallow yang biarpun kegedean buat saya tapi tetap lebih proper dari sendal sebelumnya. Terima kasih, Bapak.
Kanan kiri jalan menuju laguna dipenuhi sama kebun warga, kebanyakan ditanami pohon coklat. Suara hewan liar juga masih cukup rame, mulai dari tonggeret, burung sampe monyet liar.
Pas
udah mulai loyo, samar-samar kedengeran suara ombak; jalannya jadi kenceng lagi!
Dan
pelan-pelan, pemandangan laut nyusul di sisi kiri.
Uwoooh!
Ga
bohong, begitu sampe laguna, langsung kampungan liatin palung yang airnya
pasang surut semau-mau. Cakep! Se-nyeni itu sih ciptaan Tuhan.
Berenang di Laguna ini
diizinkan di spot-spot tertentu aja
dan harus didampingi pemandu. Ada
beberapa spot rawan yang bahkan
buat berdiri selfie bentar aja nggak diizinin karena
ombak besar bisa muncul tiba-tiba dan nyeret orang ke
laut.
***
Waktunya tebak-tebakan
menu makan siang.
Indomie goreng, is that you?
Hahaha,
nope, indomie goreng absen dari menu makan siang. Nikmat
dunia banget sih siang-siang dikasih
sayur asem pake sambel.
***
Kelaaar!
Overall kebayar kok
susahnya. Cengo liat sunset dari langit masih biru semburat kuning sampe biru
pekat semburat kuning emas, pemandangan perahu
dibawah sinar bulan setengah, sok bangun tengah malem buat liat milkyway di
atas dermaga, ketemu lumba-lumba langsung di tengah laut, sampe nungguin Ibu
yang ga kelar-kelar berenang di Laguna, i just
looveee every single piece of it!
Satu-satunya peer (peer
pake banget) adalah akses jalan meuju Kiluan. Semoga pemerintah Provinsi
Lampung bisa take action as soon as possible buat mengatasi akses jalan
yang luar biasa perlu perhatian. Ya iseng banget aja kan
mau liburan tapi mobil, badan, dan mood udah pegel duluan 😉
P.S. Sebelum ini saya sungguh merasa anak sunrise. Sunrise buat saya identik sama ceria dan semangat, beda sama sunset yang rasanya kelabu; karena setelahnya adalah malam dan gelap. Tapi sunset sore kemarin berhasil telak merayu saya sampai jatuh cinta. Jadi, sekarang saya merasa anak sunrise dan sunset. Hahaha, rakus.
P.S. Sebelum ini saya sungguh merasa anak sunrise. Sunrise buat saya identik sama ceria dan semangat, beda sama sunset yang rasanya kelabu; karena setelahnya adalah malam dan gelap. Tapi sunset sore kemarin berhasil telak merayu saya sampai jatuh cinta. Jadi, sekarang saya merasa anak sunrise dan sunset. Hahaha, rakus.
No comments:
Post a Comment
Hello there, question/comment/suggestion/feedback are welcomed. Please feel free to get in touch with me through my instagram/twitter/email account ;)